Memang,
bicara kurikulum seperti bicara buah simalakama. Serba salah. Dan serba
dianggap tak penting-penting sekali untuk kelancaran proses pendidikan selama
ini. Namun, semua hal jika dilihat lebih objektif akan terasa manfaatnya jika
dilaksanakan dengan benar sesuai prosedur yang sudah diatur. Tidak ada yang
salah dengan perubahan kurikulum yang terus dikembangkan oleh pemerintah, hanya
salah pada penerapan dan pelaksanaan saja. Kurikulum tidak layak dijadikan
kambinghitam dalam masalah pendidikan dikarenakan perubahan zaman yang terus
melaju kencang. Kurikulum KBK tentu tidak akan cocok diterapkan di tahun 2013
yang semua berbau teknologi. Di beberapa daerah, siswa lebih peka teknologi
dibandingkan dengan guru. Hal ini tentu jadi pokok permasalahan yang kemudian
disimpulkan bahwa dunia pendidikan benar-benar butuh penyegaran.
Kurikulum
2013 lebih menekankan pada tiga ranah yang perlu dinilai, jika sudah
dilaksanakan Kurikulum 2013 kemudian ketiga ranah tersebut yang digarisbawahi
maka Ujian Nasional sudah bukan lagi acuan kelulusan. Kurikulum 2013 lebih
menekankan penilaian pada sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sikap menjadi
penilaian paling utama sebelum menilai kedua hal setelah itu. Dalam Kurikulum
2013 sikap tertuang dalam Kompetensi Inti (KI) satu sampai empat, dan termuat
juga dalam Kompetensi Dasar (KD) satu dan dua. Pengetahuan baru dimulai pdaa KD
tiga dan keterampilan di KD empat. Dengan demikian, penilaian siswa seluruhnya
diserahkan pada sikap bukan hanya pada kognitif semata seperti pelaksanaan UN
selama ini. Kurikulum 2013 akan sangat bertentangan dengan UN jika UN masih
dilaksanakan. Alasannya, tentu saja UN hanya menilai pengetahuan siswa melalui
angka-angka tanpa melihat sikap yang tidak bisa dinilai semudah menorehkan
angka-angka.
Dalam
Kurikulum 2013 dikenal dengan pendekatan scientific. Pendekatan ini
lebih menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pendekatan ini
paling tidak dilaksanakan dengan melibatkan tiga model pembelajaran, di
antaranya problem based learning, project based learning dan discovery
learning. Ketiga model ini akan menunjang how to do yang
dielu-elukan dalam Kurikulum 2013.
Pada
dasarnya, ketiga model pembelajaran yang diharapkan terlaksana dalam Kurikulum
2013 tersebut, sudah dijalankan sebagian guru dalam pembelajaran selama ini.
Model pembelajaran tersebut pun bukan lagi model lama yang mesti dipelajari
guru. Kemudian muncul anggapan bahwa pembelajaran yang terjadi tidak bisa
menghadirkan suasana nyaman pada siswa, hak itu kembali pada proses
pembelajaran. Jangan pernah lupa; bahwa siswa punya tingkatan tersendiri dalam
diri mereka. Ada yang diam. Ada yang aktif. Ada yang bandel. Ada yang malas.
Soal kebodohan yang kata yang sama makna dengannya itu tidaklah ada dalam kamus
pendidikan. Bodoh hanya milik orang-orang malas belajar dan membuang waktu
percuma dengan berbagai masalah yang semakin terlarut dalam waktu. Maka,
pelaksanaan Kurikulum 2013 pun akan mengalami hal yang serupa di kurikulum
terdahulu jika paradigma masyarakat kita khususnya pelajar masih beranggapan
bahwa guru adalah segala. Proses pembelajaran bukanlah mau guru dan mau
kurikulum, guru hanya merencanakan dengan membuat skenario, kemudian guru
menjadi sutradara, tinggal siswa-siswi yang berperan sesuai karakter yang sudah
ditentukan. Hal yang mudah, dan sudah dilakukan selama ini bukan hanya di
Kurikulum 2013 semata.
Lantas?
Kenapa Kurikulum 2013 dijadikan patokan majunya pendidikan untuk bertahun ke
depan? Hal ini tidaklah serta merta terletak pada kurikulum semata, kurikulum
hanya jembatan menuju sukses dalam gelap. Pelaksanaannya kembali pada keadaan
dan situasi sosial yang mendukung. Siswa di Ibu Kota akan sangat jauh berbeda
kesadaran akan pendidikan dengan siswa di pedesaan. Siswa di pedesaan akan
sangat jauh tertinggal dalam keinginan belajar dibandingkan siswa di Ibu Kota.
Hal ini semestinya juga dilihat oleh pemangku kebijakan terhadap gubahan
Kurikulum, tidak langsung diubah tanpa menikmati sendiri proses yang selama ini
terjadi di daerah terpencil.
Kurikulum
2013 akan diterapkan pemerintah secara universal dalam waktu dekat. Terdapat
beberapa sekolah yang sudah melaksanakan Kurikulum 2013 dimulai dengan kelas
sepuluh untuk tingkat SMA. Pada kurikulum 2013 tidak lagi dikenal dengan
jurusan (dahulu IPA dan IPS), melainkan peminatan. Siswa yang masuk di SMA
berkurikulum ini akan ikut tes dengan psikolog untuk menentukan minat dan
bakatnya. Siswa yang lebih suka mengarang tentu akan sulit berinteraksi dengan
pelajaran Matematika. Siswa yang cepat dalam berhitung tentu akan mudah
mempelajari Fisika atau Kimia. Siswa yang senang interaksi dengan banyak orang
tentu akan mudah menalar teori-teori dalam Sosiologi. Tes minat ini akan
menentukan siswa akan masuk ke kelas eksak atau noneksak. Selain kelas minat,
siswa juga bisa memilih pelajaran lintas minat sesuai ketentuan. Pelajaran
lintas minat ini bisa mendukung pelajaran-pelajaran lain yang diajarkan di
sekolah. Kecuali pelajaran wajib seperti Matematika (untuk IPA dan IPS berbeda
materi ajar), bahasa Indonesia maupun Kewarganegaraan, siswa tidak punya alasan
untuk meninggalkannya.
Pelaksanaan
Kurikulum 2013 seperti yang sudah dikatakan di atas, dilaksanakan melalui
Pendekatan Scientific. Pada pelaksanaannya pendekatan ini menekankan
pada lima aspek penting, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
komunikasi. Lima aspek ini harus benar-benar terlihat pada pelaksanaan
pembelajaran di lapangan.
v Mengamati
Pembelajaran selama ini cenderung
dilakukan dengan metode ceramah. Tidak ada yang salah dengan metode ini, metode
ceramah merupakan dasar melaksanakan setiap kegiatan. Pada Kurikulum 2013
metode ceramah tidak dilupakan, hanya saja dikurangi takarannya. Siswa dituntut
lebih aktif dalam segala masalah.
Proses mengamati dilakukan siswa
terhadap masalah yang diajarkan. Jika pelajaran Fisika, Kimia atau Biologi
rasanya tidak ada masalah dalam proses mengamati. Kendalanya tentu pada
pelajaran lain yang kurang alat dan bahan sehingga guru dituntut harus benar-benar
paham materi sebelum menghadirkan siswa ke dunia nyata dengan mengamati sendiri
fenomena yang terjadi. Proses mengamati ini sangatlah penting, di mana siswa
menghadirkan angan menjadi nyata. Siswa tidak lagi mengkhayal dalam setiap
pembelajaran, siswa sudah melihat langsung proses percobaan yang dituntun guru
sebelum mencoba.
v Menanya
Proses bertanya sudah bukan lagi barang
baru. Siswa yang tidak berani bertanya selama sekolah akan terus diam terpaku
sampai lulus. Siswa yang aktif bertanya akan terus menanyakan masalah yang
tidak diketahuinya. Siswa yang aktif inilah yang dituntut dalam Kurikulum 2013.
Siswa harus bertanya!
Bagaimana siswa harus bertanya? Hal ini
dilakukan guru dengan membuka pembelajaran dengan menimbulkan masalah. Jika
selama ini proses pembelajaran dimulai dengan pertanyaan apakah, di Kurikulum
2013 yang sangat berperan adalah pertanyaan mengapa dan bagaimana. Dengan
demikian secara tidak langsung siswa sudah digiring untuk menelaah dan
mencari-cari serta menanyakan semua permasalahan yang menganjal.
Proses bertanya tidak harus membuka sesi
pertanyaan. Siswa berhak bertanya apa pun masalah yang tidak diketahuinya agar
jelas penjelasannya. Pertanyaan siswa akan mengukur sejauh mana kemampuan
mereka menyerap materi yang diajarkan.
v Mencoba
Pelaksanaan Kurikulum 2013 menuntut
siswa untuk mencoba sendiri, ikut terlibat langsung dalam masalah yang
dihadirkan guru. Jika dalam pembelajaran IPA guru memberi penuntun pelaksanaan
percobaan lalu siswa melaksanakan percobaan tersebut. Dalam pelajaran lain,
misalnya pembelajaran agama, siswa akan mencoba melaksanakan yang diamati.
Misalnya, dalam melaksanakan shalat; semua proses pelaksanaan shalat siswa
amati kemudian mencoba melaksanakan shalat, dan contoh-contoh lain.
Mencoba akan membuat siswa sadar bahwa
materi ajar penting dalam kehidupan mereka sehari-hari bukan lagi mengejar
nilai. Siswa yang mencoba akan paham bahwa materi yang diajarkan guru berguna
untuk mereka.
v Menalar
Bagian ini yang paling sulit untuk
sebagian siswa. Siswa dituntut untuk dapat memahami dengan benar pokok materi
yang diajarkan guru. Pemahaman siswa tidak setengah-setengah yang kemudian
menimbulkan keraguan dalam diri mereka. Proses penalaran inilah yang kemudian
membuat siswa mencerna dengan baik, memilah baik buruk, lalu mendapatkan
kesimpulan. Tidak mudah menalar suatu materi ajar apabila pelajaran yang
diajarkan memberatkan mereka. Namun, siswa akan mudah mencerna pembelajaran
jika siswa mampu konsentrasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung.
v Komunikasi
Hal terakhir yang diharuskan ada dalam
Kurikulum 2013 adalah mengkomunikasikan semua permasalahan. Dalam hal percobaan
IPA siswa bisa mempresentasikan hasil kerja mereka. Dalam hal agama, siswa bisa
maju ke depan kelas mempraktekkan tata cara shalat dan lain-lain. Sehingga
siswa mampu memahami dan menjalankan materi ajar dengan benar dalam kehidupan
sehari-hari.
Kelima
aspek dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 sangat berkaitan satu sama lain. Pada
dasarnya, kelima aspek ini sudah pernah dilakukan oleh sebagian guru. Namun
pendalamannya dilakukan kembali di Kurikulum 2013 untuk menyegarkan semangat
pendidikan Indonesia yang semakin loyo.
Kurikulum
boleh berganti setiap tahun karena masa juga terus berganti semakin canggih.
Yang tidak boleh berganti tentu saja semangat kerja guru serta penghargaan
pemerintah atas jerih payah guru dalam mendidik. Jangan pula nilai akhir UN
dijadikan patokan keberhasilan seorang siswa. Hasil belajar 3 tahun jadi
penilaian 2 jam. Bagaimana menilai hal ini?
Kurikulum 2013 akan
terlaksana, tepat atau tidak, merata atau hanya di kota saja, semua tergantung
kepentingan pemerintah terhadap pendidikan kita. Kurikulum 2013 akan berhenti
di kursi emasnya jika tidak disosialisasikan sampai ke pelosok oleh pihak
berwenang seperti KTSP.
Langganan:
Postingan (Atom)