3 Cara Sedekah Tanpa Uang

Posted by Unknown On Rabu, 20 Mei 2015 0 komentar

Seringkali kita terjebak menilai kebaikan dengan ukuran nilai materi. Apalagi tolak ukurnya kalau bukan uang. Seolah-olah segala kebaikan hanya diukur dari besaran nilai uang yang kita gunakan. Pemikiran seperti itu kerap menyesatkan karena kemudian kita berpikir hanya dengan uang baru bisa berbuat kebaikan. Tak jarang ungkapan bahwa untuk bisa berbuat baik, perlu untuk menjadi kaya, karena kaya identik dengan banyak uang, dan banyak uang bisa digunakan untuk berbuat kebaikan. Salah satu bentuk kebaikan itu adalah bersedekah.
Tak ada yang salah dengan menjadi kaya. Tapi tentunya dengan cara yang benar, halal, dan berkah. Bukan dengan jalan merugikan orang lain, apalagi negara. Hiii.., naudzubillah. Sesuatu yang diperoleh dengan cara bathil, tidak akan menjadi bernilai amal sholih walau pun nilainya mungkin sebesar gunung emas. Dan sebaliknya, sekecil apa pun yang kita lakukan dan berikan kalau berasal dari sumber yang jelas, halal, dan baik, tentunya akan dicatat sebagai bentuk amal sholih di hadapanNya. Nah, kalau kekayaan itu diperoleh dengan cara yang baik, halal, dan berkah, maka selain berzakat sebagai salah satu hal wajib untuk kaum muslim, maka amal sholih lainnya yang sering dilakuan adalah bersedekah.
Lalu, bagaimana dengan mereka yang Allah (masih) uji dengan kesempitan hidup, rejeki yang pas-pasan hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, bahkan kurang? Tidak adakah celah untuk bersedekah sebagai salah satu cara untuk juga mengundang lancarnya rejeki? Jangan kecil hati dulu. Sedekah tak selalu harus dengan uang. Rasulullah sendiri pernah mengatakan bahwa senyum pun bisa bernilai sedekah. Dengan demikian, sedekah tak harus identik dengan besaran nilai uang yang kita berikan.
Ada 3 hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk amal sholih sedekah tanpa uang bagi mereka yang memang hidupnya tidak berkelimpahan uang. Ketiga hal tersebut adalah :
1. Sedekah Benda
Bersedekah tanpa uang bisa kita lakukan dengan memberikan benda yang masih bagus dan layak bagi orang lain. Lebih baik lagi bila kita memberikan benda yang paling kita sayangi dan sukai. Jadi memberikan sedekah dalam bentuk benda, bukan hanya semata-mata kita memberikan benda yang sudah tidak kita butuhkan. Lebih terutama bila kita mampu memberikan benda-benda milik kita yang dibutuhkan oleh orang lain , walau kita sendiri masih menggunakannya.
Contoh seperti ini misalnya, memberikan makanan buat fakir miskin dengan makanan terbaik yang kita miliki (bukan sisa, apalagi basi), buku-buku, pakaian, koran bekas, dan sebagainya.
2. Sedekah Tenaga/Jasa
Memberikan bantuan tenaga dan keahlian kita juga bisa dimasukkan dalam sedekah. Tentunya iklash dan gratis. Misalnya, mengajar gratis untuk kaum duafa, memberikan les bahasa Inggris untuk anak yatim, menjadi tenaga sukarela untuk korban bencana alam, penderita sakit yang memerlukan dukungan moril, atau menjadi pendonor darah.
Banyak lagi contoh sedekah yang hanya membutuhkan tenaga dan keahlian kita untuk disumbangsihkan pada mereka yang memerlukan.
3. Sedekah senyum
Senyum yang iklash dan datangnya dari hati, akan terpancar lewat mata dan sampai ke hati. Ini yang paling mudah dan sederhana, tapi ternyata tidak semua orang mampu melakukannya. Padahal, bila dilakukan dengan keiklahsan, bayangkan, betapa mudahnya kita melakukan sedekah ini setiap harinya.
Itulah 3 bentuk sedekah yang bisa dilakukan tanpa uang. Yang diperlukan adalah niat untuk berbagi tanpa pamrih, dan iklash, dan tentunya hanya berharap ridha dariNya.
JADI APA KITA HARUS MENCARI ALASAN UNTUK TIDAK BERSEDEKAH????


Penalaran

Posted by Unknown On Selasa, 19 Mei 2015 0 komentar

Ada cerita mengenai seorang pengusaha yang terbangun di sebuah rumah sakit dan istrinya yang setia sedang mendampinginya menjalani perawatan. 
Pria ini berkata pada Istrinya, "Kamu tahu waktu pertama kali kita menikah usaha kita bangkrut dan Engkau ada di sisiku, setelah itu di tahun kedua pernikahan kita harta benda yang telah aku kumpul buat masa depan keluarga kita lenyap dicuri orang namun Kamu masih tetap setia menemaniku. Selanjutnya lagi saat rumah yang telah kita cicil mengalami kebakaran Engkau pun di sisiku juga. Melalui semua itu Kamu selalu di sisiku". 
Istrinya menjawab, "Ya aku akan selamanya setia berada di sisimu suamiku dalam keadaan apapun". 
Pengusaha ini berkata, "Sekarang aku terbaring lemah di rumah sakit, Kamu tetap ada di sisiku". 
Ia menjawab, "Pasti, aku selalu bersedia ada di sisimu". 
Kemudian pengusaha ini berkata lagi, "Makanya sekarang aku mulai berpikir bahwa kehadiranmulah yang menjadi pembawa semua kesialan ini".

Bagaimana menurut anda?

Ada seorang Pemuda yang lama sekolah di luar negeri, kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah, ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang guru agama, Kyai atau siapa saja yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya orang tua Pemuda itupun mencarikan orang yang dimaksud tersebut, seorang Kyai.
Pemuda : Anda siapa ? dan apakah Anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya ?
Kyai : Saya Hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan Anda.
Pemuda : Anda yakin ? Sedangkan Profesor dan banyak orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
Kyai : Saya akan mencoba menjawab pertanyaan sejauh kemampuan saya.
Pemuda : Saya ada 3 pertanyaan :
Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya.
Apakah itu yang dinamakan takdir.
Kalau syaithan diciptakan dari api, kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api, tentu tidak menyakitkan buat syaitan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu ?
Tiba - tiba Kyai tersebut menampar pipi Pemuda tadi dengan keras.
Pemuda : (sambil menahan sakit) Kenapa anda marah kepada saya ?
Kyai : Saya tidak marah ... Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.
Pemuda : Saya sungguh - sungguh tidak mengerti.
Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya ?
Pemuda : Tentu saja saya merasakan sakit.
Kyai : Jadi Anda percaya bahwa sakit itu ada ?
Pemuda : Ya !
Kyai : Tunjukkan pada saya wujud sakit itu !
Pemuda : Saya tidak bisa.
Kyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama ... kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
Kyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya ?
Pemuda : Tidak.
Kyai : Apakah pernah terfikir oleh Anda akan menerima tamparan dari saya hari ini ?
Pemuda : Tidak.
Kyai : Itulah yang dinamakan dengan takdir.
Kyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda ?
Pemuda : Kulit.
Kyai : Terbuat dari apa pipi anda ?
Pemuda : Kulit.
Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya ?
Pemuda : Sakit.
Kyai : Walaupun syaithan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki, maka neraka akan menjadi tempat yang menyakitkan untuk syaithan. Dan itu adalah jawaban untuk pertanyaan terakhir.

Membandingkan Kebahagiaan

Posted by Unknown On Sabtu, 25 April 2015 0 komentar


Saat itu, Ada seorang Petani dengan Istrinya yang sedang bergandengan tangan menyusuri pinggir jalan sepulang dari sawah sambil diguyur oleh air hujan.
Tiba - tiba, lewatlah sebuah motor di depan mereka. Berkatalah Sang Petani itu kepada Istrinya, "Lihatlah Bu, betapa bahagianya suami-istri yang sedang naik motor itu, meskipun mereka juga kehujanan, tapi mereka bisa cepat sampai di rumah, tidak seperti nasib kita yang harus lelah berjalan untuk sampai ke rumah.”
Sementara itu, si Pengendara sepeda motor dengan Istrinya yang sedang berboncengan di bawah derasnya air hujan, melihat sebuah mobil pick-up lewat di depan mereka.
Pengendara motor itu bergumam pada Istrinya, ”Lihatlah Bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu. Mereka tidak perlu kehujanan seperti kita.”
Namun, di dalam sebuah mobil pick-up yang dikendarai oleh sepasang suami-istri tersebut, telah terjadi perbincangan, saat sebuah mobil sedan Mercy berpapasan dan lewat di hadapan mereka, ”Lihatlah Bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil bagus itu. Mobil itu pastinya nyaman untuk dikendarai, tidak seperti mobil kita yang sering mogok terus.”
Akan tetapi, Pengendara mobil Mercy itu seorang pria yang kaya raya, dan ketika dia melajukan mobilnya dengan kencang, dia melihat sepasang suami-istri yang sedang berjalan bergandengan tangan di bawah guyuran air hujan, saat itu juga Pria kaya itu menggerutu dalam hatinya, ”Betapa bahagianya sepasang suami-istri itu. Mereka dengan mesranya berjalan bergandengan tangan sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini. Sementara saya dan Istri saya, tidak pernah punya waktu untuk berduaan karena kesibukan kami masing-masing.”
Refleksi Hikmah :
”Kebahagiaan tak akan pernah kau miliki, jika kau hanya melihat kebahagiaan milik orang lain dan selalu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain.”
So, tetaplah bersyukur atas apa yang kamu miliki dalam hidupmu sekarang, supaya kau tahu di mana letak bulu ketiak (kebahagiaan) mu itu berada.
Kebahagiaan itu selalu bersama kita dimanapun kita berada, hanya sayang kita sering tak menyadarinya...